Photo by Wulan Sari on Unsplash

 

Februari, Sebuah Permulaan  – hari keduapuluhdelapan

 

Seorang gadis berusia lima tahun sedang duduk di sebuah bangku taman bersama alat tulisnya. Ia sedang menuliskan sesuatu. Di sebelah kanannya telah ada kertas yang dibentuk seperti perahu. Kertas yang baru saja selesai ia tulis pun dilipatnya menyerupai pesawat. Kedua kertas itu ia bawa masuk ke dalam rumah dua lantai bercat hijau. Di depan rumah, tepatnya di dekat taman tempat gadis itu membuat perahu dan pesawat, terdapat pagar bertuliskan “Panti Asuhan Ceria”. Gadis itu terus masuk hingga ia bertemu dengan seorang wanita berjilbab merah yang sedang membawa buku cerita.

“Bunda, bisa temani aku ke pantai?” tanya gadis itu pada wanita berjilbab merah.

“Untuk apa, sayang?”

“Kemarin, Kak Tama dari universitas di kota itu datang. Dia bercerita tentang dunia paralel. Katanya, ada dunia lain yang mirip sama kehidupan di bumi kita. Mungkin, Ayah dan Ibu Rara tersesat di dunia itu, Bunda,” jawabnya. Ia kemudian menunjukkan perahu dan pesawat kertas yang ia buat. “Rara mau kirim surat ini ke mereka. Biar mereka bisa jemput Rara di sini, Bunda.”

Wanita berjilbab merah yang dipanggil Bunda itu terenyuh. Disekanya air mata yang sempat menetes di tengah ucapan polos gadis kecil di hadapannya itu. Digendongnya gadis itu.

“Yuk, kita kirimkan surat buat Ayah dan Ibu Rara di dunia paralel.”

 

==

Tulisan lainnya dalam kompilasi bertajuk “Februari, Sebuah Permulaan”
Latar belakang : Februari, Sebuah Permulaan
Hari pertama : Mendamba Motivasi
Hari kedua : Loncatan Spiritual Seekor Katak
Hari ketiga : Eksklusivisme Agama dan Pemikiran
Hari keempat : Meniadakan Kehilangan
Hari kelima : Sepragmatis Orang-orang Tua
Hari keenam : Keluarga yang Tak Sempurna
Hari ketujuh : Orang yang Berharga
Hari kedelapan : Berkontribusi
Hari kesembilan : Terdera Kebermanfaatan
Hari kesepuluh : Redup dan Padam
Hari kesebelas : Anggrek Terakhir Ayah
Hari keduabelas : Habiskan Makananmu, Nak!
Hari ketigabelas : Surat dari Kota Pelangi
Hari keempatbelas : Formasi Harapan Batu Sungai
Hari kelimabelas : Biru Mengudara di Langit Jakarta
Hari keenambelas : Kicau Semangat Burung Pipit
Hari ketujuhbelas : Air Laut, Menyurut, Memaksa Pasang
Hari kedelapanbelas : Bu, Aku Ingin Melaju di Lantai Basah
Hari kesembilanbelas : Berpendidikan, Berproses, Berguna
Hari keduapuluh : Mengokok Lolongan
Hari keduapuluhsatu : Menjelma Oksigen
Hari keduapuluhdua : Diam, Tidak Diam
Hari keduapuluhtiga : Fey, Peri Negeri Angan
Hari keduapuluhempat : Arogansi Sepasang Manusia
Hari keduapuluhlima : Mabuk
Hari keduapuluhenam : Cinta
Hari keduapuluhtujuh : Terapi Jadul