Photo by Kristina Flour on Unsplash

 

Februari, Sebuah Permulaan  – hari kedelapan

Aku terus menggulir media sosial,
mengisi kekosongan hari yang seakan berjalan amat lambat
menikmati satu dua manusia yang saling berbagi
merenungi pencapaian tiga empat manusia
menelaah banyak sekali kontribusi yang menyela

Sedang aku di sini hanya berdiam diri
menikmati diri sendiri
meratapi keadaan
berkeluh kesah
dan tetap diam

Tapi, tak selamanya yang bergerak akan berkontribusi
sudah terlalu banyak yang bergerak
dan aku harus tetap diam untuk menyeimbangkan

Aku ingin berkontribusi dengan tetap diam, wahai Bapak dan Ibu yang berbahagia
aku mampu menjadi apa pun, bahkan tanah sekalipun
aku mampu menghidupkan yang tak kuasa kau semai
aku mampu menggemburkan, tanpa perlu kau beri pupuk

Tak ada tandus yang jadi masalah pada tanahku
tak ada hama yang jadi perusak tanamanmu
semua bisa kau tuai kapan pun kau ingin
karena kepuasanmu adalah esensi dari segala diamku

 

==

Tulisan lainnya dalam kompilasi bertajuk “Februari, Sebuah Permulaan”
Latar belakang : Februari, Sebuah Permulaan
Hari pertama : Mendamba Motivasi
Hari kedua : Loncatan Spiritual Seekor Katak
Hari ketiga : Eksklusivisme Agama dan Pemikiran
Hari keempat : Meniadakan Kehilangan
Hari kelima : Sepragmatis Orang-orang Tua
Hari keenam : Keluarga yang Tak Sempurna
Hari ketujuh : Orang yang Berharga