Photo by sebastiaan stam on Unsplash
Akhir dan awal tahun tak pernah membuatku sibuk memikirkan resolusi. Persetan dengan omong kosong resolusi awal tahun, yang pada akhirnya terlupa dan sekonyong-konyong kembali hadir di penghujung tahun, tanpa ada pergerakan. Hidup ini kubiarkan mengalir begitu saja. Dua ribu dua puluh dua diawali dengan menggulir media sosial, sebuah kegiatan yang beberapa bulan belakangan kubatasi 30 menit per hari. Kutemukan tantangan menulis 30 hari penuh dari salah satu akun tantangan menulis. Tahun kemarin, aku mengikuti tantangan yang sama, dan tentu saja tak bisa kugenapi 30 tulisan. Tahun ini mungkin bisa, kataku dalam hati. Tapi, kondisi tak memungkinkan karena aku tak hidup dengan diriku sendiri dan akhirnya hanya menulis beberapa tulisan saja. Gagal dengan permulaan di Januari, maka Februari kuputuskan sebagai permulaan sebuah aksi, balas dendam kepada diri sendiri.
Aku menantang diriku sendiri untuk menulis sebulan penuh dengan kata kunci yang diberikan beberapa teman baikku. Di hari pertama ini, aku mendapati kata ‘motivasi’ sebagai kunci.
Pertama kali membaca kata ini, aku hanya bisa membayangkan petuah-petuah bijak yang begitu menggebu dan menggelorakan jiwa, yang pada akhirnya mati dihantam realita. Tidak mungkin pula aku membuat kalimat motivasi layaknya motivator hebat di luar sana. Lalu aku kembali berpikir, di tengah hiruk pikuk manusia yang sibuk menunaikan kewajiban: “Kata ‘motivasi’ bisa berlari sejauh apa?”
Saat kucari kata ‘motivasi’ di mesin pencarian, yang kutemukan bukan arti atau cara mendefinisikan suatu kata motivasi. Yang kutemukan di hasil pencarian teratas adalah kumpulan kalimat motivasi. Definisi motivasi sendiri kutemukan di halaman pertama urutan kelima dengan artikel berjudul Motivasi dari Wikipedia. Definisi terkait lainnya kutemukan di halaman kelima, artikel dari laman tirto.id berjudul Contoh Penerapan Teori Motivasi Maslow dalam Kehidupan Sehari-hari.
Keduanya mengarahkan topik motivasi pada teori motivasi Maslow. Aku lupa, kelas berapa teori itu diajarkan di sekolah. Yang jelas, dulu aku tak menemukan ketertarikan apa pun terhadap teori itu, atau teori-teori lainnya. Teori yang hanya berguna untuk menjawab soal-soal ujian. Dihapal dalam semalam dan terlupa sebelum genap 24 jam. Tentu saja, aku tak akan sanggup menuliskan kembali teori-teori tersebut. Tapi untuk membaca bait di bawah ini, rasanya pembaca perlu membaca sendiri teori itu.
Kupersembahkan bait kehidupan tentang motivasi untuk teman baikku, Nisaa, yang memberiku motivasi memulai tantangan ini.